Jumat, 02 Mei 2014

DATA PAUD GLORY DESA LIMAU SUNDAI




Data PAUD: GLORY
Alamat
Dusun III
Kelurahan
LIMAU SUNDAI
Kecamatan
AIR PUTIH
Kabupaten/Kota
BATU BARA
Propinsi
SUMATERA UTARA
NPSN
Jenis Satuan PAUD
KB
Status
Swasta
Status Kepemilikan
Not set
Tgl Berdiri
2010-05-01
Penyelenggara
Yayasan/Ormas
Perijinan
Ada
No. Ijin
421.9/2089-LS
Tgl Ijin
2010-11-09



Kepala/Ketua

PENIEL E SIRAIT
Sekretaris

RIAMA MARPAUNG
Bendahara


Tenaga Pendidik

LENY NABABAN

  1. ERNIWATI PAKPAHAN
  2. PASU MAWAR LINA NAINGGOLAN
  3. LENA DAMANIK
  4. JULKIFLY FAICO SIAHAAN

Penyelenggara dan Tenaga Pendidik 
PAUD TK / KB Glory Desa Limau Sundai

Pdt. Peniel E. Sirait beserta Ibu Erniwaty Pakpahan
( selaku Penyelenggara Paud TK / KB Glory Desa Limau Sundai )

Bapak Pendeta yang begitu berwibawa dan penuh Inspirasi
Bpk Pdt. Peniel E. Sirait

Ibu Guru Cantik dan penyayang Ibu P. Mawar Nainggolan

Ibu Guru yang lembut dan Penyayang Ibu Lena Damanik

Mungkin ini Bapak Guru Yang Ganteng Kali ya
hehehe Bpk. Zulkifly Faico Siahaan

Foto bersama dengan Wisudawan / ti anak Paud 
Angkatan IV Tahun Ajaran 2013 - 2014


Kegiatan Vocal Group sebagai bentuk kerjasama dan kekeluargaan 
para Guru dan Penyelenggara

Bpk Pdt saat melepaskan salah satu wisudawan / ti 
PAUD TK / KB Glory Desa Limau Sundai



Kegiatan Menari sebagai bentuk kreatif guru,  kerjasama dan kekeluargaan 
pada Guru dan Penyelenggara


Kegiatan Menari sebagai bentuk kreatif guru,  kerjasama dan kekeluargaan 
pada Guru dan Penyelenggara



Terima Kasih atas kunjungannya.

Sabtu, 08 Maret 2014

surat keadilan



Simpang Gambus,  09  Maret 2014
Kepada YTH :
1.      Bapak Presiden RI
Di Jakarta
2.      Bapak Ketua DPR RI
Di Jakarta
3.      Bapak Kepala Badan Pertanahan Nasional
Di Jakarta
4.      Bapak Ketua Kompol NAS
Di Jakarta
5.      Bapak Kapolri
Di Jakarta
6.      Bapak Kepala Kejaksaan Agung
Di Jakarta
7.      Bapak Ketua KOMNAS HAM
Di Jakarta
8.      Bapak IRWASUM Mabes Polri
Di Jakarta
9.      Bapak KADIV PROPAM Mabes Polri
Di Jakarta
10.  Ketua Komisi Lingkungan Hidup DPR RI
Di Jakarta
11.  Bapak Menteri Keuangan RI
Di Jakarta
12.  Bapak KAPOLDA Sumatera Utara
Di Medan
13.  Bapak Gubernur Sumatera Utara
Di Medan
14.  Bapak Ketua DPRD TK I Sumatera Utara
Di Medan
15.  Bapak Kelapa Badan Pertahanan Nasional
Provinsi Sumatera Utara
Di Medan
16.  Bapak Irwasda Polda Sumatera Utara
Di Medan
17.  Bapak Kadir Propam Polda Sumatera Utara
Di Medan
18.  Bapak KAPOLRES Batu Bara
Di Lima Puluh
19.  Bapak Bupati Batu Bara
Di Lima Puluh
20.  Bapak Kepala BPN
Di Kisaran
21.  Bapak Ketua DPRD Kabupaten Batu Bara
Di Lima Puluh
22.  Bapak Ketua KPK
Di Jakarta
Simpang Gambus,  09  Maret 2014

Dengan hormat,

Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama               : EDDY SYAMSIR
Umur               : 53 Tahun
Pekerjaan         : Wiraswasta
Alamat                        : Simpang Gambus Dusun VI Desa Gambus

Dengan ini kembali menyusul Surat saya tertanggal 03 Maret 2014 tentang Mohon Keadilan sebagai berikut :
1.      Bahwa saya sangat keberatan dengan perbuatan UD. ALIAN RUSLAN (KOK LIANG)Pengusaha Buaya yang berada di Desa Simpang Gambus yang membuat Portal pada jalan keluar masuk rumah saya.
2.      Bahwa sesuai dengan Surat Keterangan Tanah No. 590 / 13 / SKT / 1995Tanggal 01 Nopember 1995 bahwa jalan tersebut adalah Pasar Dusun sehingga tidak ada alas an dan hak UD. ALIAN RUSLAN untuk menutup jalan keluar masuk ke rumah saya.
3.      Bahwa limbah ternak buaya yang dibuang oleh UD. ALIAN RUSLAN ( KOK LIANG) ke tanah saya sangat merugikan saya.
4.      Bahwa laporan saya kepada Penyidik di POLRES Batu Bara hanya sebatas Surat  Perkembangan Penyidikan, sehingga menimbulkan dugaan bahwa antara UD. ALIAN RUSLAN ( KOK LIANG ) ada hubungan kongkalikong apalagi UD. ALIAN RUSLAN memiliki banyak uang dan peternak buaya.

Bahwa oleh hal tersebut diatas mohon Keadilan dapat diberikan kepada saya.

                                                                                    Hormat Saya,


( EDDY SYAMSIR )



Sabtu, 01 Maret 2014

Simaklah Kisah Kisah Kematian, Agar Dapat Menyentuh Hatimu

Simaklah Kisah Kisah Kematian, Agar Dapat Menyentuh Hatimu


Syaikh Ali Ath-Thantawi dalam sebuah siaran radio dan Tv-nya mengambarkan bahwa di Syam ada seorang laki-laki yang memiliki sebuah mobil truck Lorie. Ketika mobil itu dijalankan, tanpa diketahui diatas badan mobil itu ada orang. Mobil itu mengangkut peti yang sudah siap untuk menguburkan mayat. Sedangkan di dalam peti itu terdapat kain yang bisa digunakan sewaktu-waktu dibutuhkan. Tiba-tiba hujan turun dan air mengalir deras. Orang itu pun bangun dan masuk ke dalam peti, dan membungkus dirinya dengan kain yang ada di dalam peti. Kemudian di tengah jalan ada seorang yang lain naik untuk menumpang ke bak mobil itu di samping keranda. Dia tidak tahu bahwa di dalam peti itu ada orang. Hujan belum berhenti. Orang yang kedua ini mengira bahwa dirinya hanya sendirian di dalam mobil bak itu. Tiba-tiba dari dalam peti ada tangan terjulur (untuk memastikan apakah hujan sudah berhenti atau belum). Ketika tangan itu terjulur, kain yang membungkusnya juga ikut terjulur keluar. Si penumpang itu kaget dan takut bukan kepalang. Dia mengira bahwa mayat yang ada di dalam peti itu hidup kembali. Karena takutnya, dia terjungkal dari mobil dengan posisi kepala di bawah. Dan, mati.
Demikianlah Allah menentukan kematian orang itu bahkan dengan cara yang bisa terdengar lucu seperti ini.
Yang selalu harus diingat oleh seorang hamba adalah bahwa dia sedang membawa dirinya bersama kematian, bahwa dia sedang berjalan menuju kematian, dan bahwa dia sedang menunggu kematian itu entah datang pagi atau sore. Sungguh indah ungkapan Ali bin Abi Thalib,
“Sesungguhnya kematian terus mendekati kita, dan dunia terus meninggalkan kita. Maka jadilah kalian anak-anak akhirat dan janganlah kalian menjadi anak-anak dunia. Sesungguhnya hari ini adalah beramal dan tidak ada hisab, dan esok adalah hisab dan tidak ada lagi beramal.”
Ungkapan Ali ini mengingatakan kita bahwa manusia itu harus selalu siap siaga, selalu memperbaiki keadaannya, memperbaharui taubatnya, dan harus mengetahui bahwa dia sedang berhubungan dengan Rabb Yang Maha Mulia, Kuat, Agung, dan Baik.
Kematian itu tidak pernah meminta izin kepada siapa saja, dan tidak pernah merajuk. Kematian itu tidak pernah memberikan aba-aba terlebih dahulu.
Dan, tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati (Qs.Luqman:34)
31:34
“….yang tiada dapat kamu minta mundur daripadanya barang sesaat pun dan tidak (pula) kamu dapat meminta supaya diajukan.
Masih dari siaran itu Syeikh Ath-Thantawi bercerita, dikatakan bahwa sebuah bus penuh sesak dengan penumpang. Sopirnya selalu menoleh ke kiri dan kanan, dan secara tiba-tiba sopir itu menghentikan bus itu. Para penumpang pun bertanya, “Mengapa engkau menghentikan bus ini?” Sopir itu menjawab, “Saya berhenti untuk menghampiri orang tua yang melabai-lambaikan tangannya hendak turut menumpang bersama kita.” Para penumpang jadi bertanya-tanya, “Kami tidak melihat siapa-siapa.” Tapi sopir itu melihatnya, “Lihat (itu) dia,” Mereka tetap bingung. “Kami tidak melihat seorang pun.” Sopir itu pun berkata, “Kini dia datang untuk naik bersama kita.” Semua penumpang berkata, “Demi Allah, kami tidak melihat siapa-siapa.” Dan secara tiba-tiba pula sopir itu mati terduduk di atas kursinya.
Kematian sangat tiba-tiba, dan begitulah jalan kematiannya.
7:34
{Maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun tidak (pula) memajukannya} (QS Al-A’raf: 34)
Manusia itu sangat pengecut terhadap hal-hal yang menakutkan, dan merasa hatinya hampir copot ketika mendengar kematian disebutkan, namun tanpa disangka-disangka kematian itu datang membunuhnya.
3:168
Orang-orang yang mengatakan kepada saudara-saudaranya dan mereka tidak turut pergi:  “Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh.” Katakanlah, “Tolaklah kematian itu dari dirimu, jika kamu orang-orang yang benar.” (QS. Ali-Imran: 168)
Tapi yang paling mengherankan adalah kita tidak pernah berpikir bahwa kita akan bertemu Allah, bahwa dunia itu hina sekali, dan bahwa dunia itu banyak cerita tentang bagaimana orang meninggal dunia. Dan kita tak pernah sadar  kecuali kita didera banyak ketakutan, sehingga pikiran seperti itu baru muncul.

Jumat, 08 November 2013

khotbah Nats: Roma 12:17-21.



Nats: Roma 12:17-21.

           Setelah kita merenungkan prinsip utama di dalam kasih di antara tubuh Kristus di ayat 16, Paulus memaparkan beberapa konsep tentang kasih persekutuan itu mulai ayat 17 s/d 21, sebagai berikut:
Pertama, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan (ay. 17a, 19). Sebagai reaksi dari konsep sehati sepikir di dalam persekutuan tubuh Kristus (ay. 16), maka Paulus menasihatkan jemaat Roma untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Seorang yang memiliki hati dan pikiran yang terarah kepada Kristus tentu tidak akan memiliki satu detik pun untuk membalas kejahatan dengan kejahatan. Mengapa? Karena Allah adalah Kasih, maka Ia menginginkan umat-Nya untuk mengasihi sesama umat-Nya, sehingga wujud kasih umat-Nya adalah tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Jadi, kasih Allah adalah teladan dan sumber dari kasih umat-Nya yang nantinya dinyatakan kepada orang luar. Jika kita tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, lalu apa yang kita lakukan? NIV Spirit of the Reformation Study Bible memberikan referensi ayat ini dengan Amsal 20:22, “Janganlah engkau berkata: “Aku akan membalas kejahatan,” nantikanlah TUHAN, Ia akan menyelamatkan engkau.” Ketika kita diperintahkan Tuhan untuk tidak membalas kejahatan, kita diperintahkan selanjutnya untuk mengarahkan dan menyerahkannya kepada Tuhan yang akan menyelamatkan kita. Penulis Ibrani menyatakan hal yang sama juga, “Sebab kita mengenal Dia yang berkata: “Pembalasan adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan.” Dan lagi: “Tuhan akan menghakimi umat-Nya.”” (Ibr. 10:30; bdk. Rm. 12:19) Lalu, mengapa kita disuruh menyerahkan hak pembalasan kepada Tuhan? Karena “Hak-Kulah dendam dan pembalasan, pada waktu kaki mereka goyang, sebab hari bencana bagi mereka telah dekat, akan segera datang apa yang telah disediakan bagi mereka. Sebab TUHAN akan memberi keadilan kepada umat-Nya, dan akan merasa sayang kepada hamba-hamba-Nya; apabila dilihat-Nya, bahwa kekuatan mereka sudah lenyap, dan baik hamba maupun orang merdeka sudah tiada.” (Ul. 32:35-36) Di sini, Allah sendiri menyatakan kepada kita bahwa hanya Dia saja yang menyatakan hak pembalasan kepada orang-orang yang berani mengganggu umat-Nya. Ketika di dalam persekutuan tubuh Kristus, ada orang Kristen yang berani menganggu kita, kita tidak perlu membalas mereka dan kita menyerahkannya kepada Tuhan. Lihatlah, Ia akan bertindak menghajar dan menghukum mereka yang berani mengganggu umat-Nya. Hal ini juga membukakan kepada kita bahwa di dalam gereja Tuhan pun, ada antek-antek iblis yang menyamar sebagai malaikat terang. Bagaimana dengan kita? Ketika seorang Kristen menyakiti kita dengan menipu atau memfitnah kita, apakah kita membalas orang itu atau tidak membalasnya dan menyerahkannya kepada Tuhan? Ingatlah satu hal, Allah kita bukan Allah yang buta yang tidak peduli dengan kesengsaraan umat-Nya, tetapi Ia adalah Allah yang hidup yang peduli dengan kesengsaraan umat-Nya. Meskipun Ia mengizinkan umat-Nya melalui banyak penderitaan, Ia tidak membiarkan umat-Nya mengalaminya sendiri tanpa bantuan-Nya, melainkan Ia memberi kekuatan bahkan termasuk membalas semua kekejian yang dilakukan oleh orang-orang di luar Kristus kepada umat-Nya. Itulah providensi Allah bagi umat-Nya. Percayakah kita pada providensi Allah yang memelihara umat-Nya?
Kedua, berhati-hatilah melakukan apa yang baik di depan semua orang (ay. 17b). Sepintas jika kita membaca terjemahan LAI dalam ayat 17b, kita membaca seolah-olah kita tidak boleh membalas kejahatan dengan kejahatan, lalu kita dituntut untuk melakukan apa yang baik di depan semua orang. Tetapi jika kita benar-benar memerhatikan dari terjemahan Inggris dan Yunani, kita mendapatkan gambaran berbeda di mana ayat 17a dan 17b tidak berkaitan (dalam arti bersambungan). Teks Yunani untuk ayat ini diterjemahkan, “perhatikanlah (hal-hal) yang baik menurut pandangan semua orang-orang;” (Hasan Sutanto, 2003, hlm. 865) New International Version (NIV) menerjemahkan, “Be careful to do what is right in the eyes of everybody.” (=berhati-hatilah melakukan apa yang baik di depan semua orang). Artinya kita dituntut untuk berhati-hati melakukan apa yang baik di depan semua/setiap orang. Mengapa kita dituntut demikian? Karena apa yang kita lakukan di depan semua orang harus bersumber dari iman dan kasih kita kepada Allah. Seorang yang mengasihi Allah adalah orang yang mengasihi manusia/saudaranya (bdk. 1Yoh. 4:21). NIV Spirit of the Reformation Study Bible dan Dr. John Gill di dalam tafsirannya John Gill’s Exposition of the Entire Bible mereferensikan 2Kor. 8:21 sebagai ayat yang mengajar bahwa kita harus menjalankan kasih baik di hadapan Allah dan manusia. Mari kita menyelidiki ayat ini. Di dalam 2Kor. 8:21, Paulus mengajar, “Karena kami memikirkan yang baik, bukan hanya di hadapan Tuhan, tetapi juga di hadapan manusia.” Konteks ayat ini adalah tentang pelayanan kasih dan tentang Titus yang diutus. Berarti, di dalam persekutuan tubuh Kristus, kasih diwujudnyatakan dengan melakukan apa yang baik di hadapan Allah dan manusia. Bagaimana dengan kondisi Kekristenan saat ini? Banyak orang Kristen hanya menunjukkan sikap mengasihi Allah, tetapi tidak menunjukkan kasih kepada sesama manusia terutama saudara seiman. Mereka gemar membaca buku-buku theologi dan ikut pembinaan iman, tetapi sayangnya mereka kurang bisa bersosialisasi dengan sesama jemaat dan memerhatikan mereka. Mereka hanya bisa mengisi otak mereka dengan pengetahuan theologi, sedangkan hati mereka kering dan semangat mereka loyo. Mengapa mereka bisa demikian? Karena mereka tidak mengasihi manusia sebagaimana mereka mengasihi Allah. Seorang yang mengasihi Allah adalah orang yang memerhatikan isi hati Allah dan menjalankannya, begitu pula dengan orang yang mengasihi manusia adalah orang yang memerhatikan sesama saudara seiman dan berusaha membantu mereka. Adakah semangat ini di dalam tubuh Kristus? 



Ketiga, hidup berdamai (ay. 18). Seorang yang memiliki kasih Kristus di dalam persekutuan tubuh Kristus adalah mereka yang hidup berdamai dengan semua orang. King James Version (KJV) menerjemahkannya, “If it be possible, as much as lieth in you, live peaceably with all men.” (=Jika mungkin, sejauh itu bergantung padamu, hiduplah berdamai dengan semua orang.) Kata “berdamai” dalam ayat ini dalam bahasa Yunani menggunakan struktur kalimat aktif. Berarti, kita harus aktif berdamai dengan semua orang. Selain itu, kata ini juga menggunakan keterangan waktu present. Berarti, kata kerja ini (=hidup berdamai) dilakukan terus-menerus. Apa itu hidup berdamai? Dr. John Gill kembali di dalam tafsirannya memperluas makna ini menjadi: jadilah, carilah, kejarlah, dan peliharalah damai itu.
Bagaimana kita bisa menjadi damai? NIV Spirit of the Reformation Study Bible merujuk ke Markus 9:50, “Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain.”” Di sini, Tuhan Yesus mengaitkan bagaimana umat-Nya bisa menjadi damai ketika umat-Nya menggarami (memengaruhi) dunia. Tuhan tidak mau kita yang digarami/dipengaruhi, tetapi kita yang memengaruhi dunia. Kita bisa memengaruhi dunia ini tatkala kita kembali kepada Firman Tuhan. Berarti Firman Tuhan memengaruhi kita menjadi garam dan ketika kita menggarami dunia, di saat itu kita sedang menjadi agen damai Allah bagi dunia. Lalu, pertanyaan selanjutnya, apa yang perlu diperdamaikan? Pdt. Dr. Stephen Tong mengemukakan 5 relasi damai ini, yaitu damai antara Allah dan manusia, damai antara manusia dengan diri, damai antara manusia dengan sesama, mendamaikan manusia lain dengan Allah, dan mendamaikan sesama manusia. Pertama, menjadi agen damai harus dimulai dengan diperdamaikannya kita sebagai manusia berdosa dengan Allah yang Mahakudus di dalam penebusan Tuhan Yesus Kristus yang menyelamatkan. Setelah kita diperdamaikan, kita dituntut untuk memperdamaikan kita dengan diri kita sendiri. Orang yang terus tidak bisa mendamaikan diri dengan diri sendiri adalah orang yang lama-kelamaan stres, karena sering terjadinya konflik pribadi. Kemudian, kita juga dituntut untuk mendamaikan diri kita dengan sesama. Artinya, kita tidak perlu mencari konflik yang tidak perlu dan tidak penting. Setelah itu, kita dituntut untuk mendamaikan manusia lain dengan Allah. Inilah tugas penginjilan. Kita bukan hanya berdamai dengan semua orang saja, tetapi kita juga dituntut untuk mendamaikan orang lain dengan Allah melalui penginjilan. Mengapa ini perlu? Ini diperlukan supaya kita tidak berkompromi ketika kita mendamaikan diri dengan orang lain. Bukan menjadi rahasia umum, atas nama “damai”, manusia postmodern merelatifkan dan mengompromikan kebenaran, sehingga mereka terus mencari persamaan semua agama dan bukan mencari mana yang benar. Oleh karena itu, di dalam zaman postmodern, kita perlu memberitakan Injil untuk memperdamaikan orang lain dengan Allah. Kemudian, terakhir, kita juga menjadi agen yang mendamaikan manusia lain dengan sahabatnya yang bertengkar/berkelahi. Di sini, kita lebih dalam lagi, kita menjadi alat yang membawa damai bagi sesama kita sehingga sesama kita yang saling bertengkar lama-lama melihat perdamaian yang kita lakukan dan memuliakan Bapa di Surga. Setelah menjadi agen perdamaian, kita dituntut untuk terus mengejar kedamaian itu dan akhirnya, jangan lupa mempertahankan/memelihara kedamaian itu. Bagaimana dengan kita? Ketika kita atau sesama kita bertengkar, sudahkah kita menjadi agen perdamaian Allah bagi dunia ini, sehingga nama-Nya dipermuliakan? Atau malahan kita yang menyulut pertengkaran itu? Mari introspeksi diri kita masing-masing.


Keempat, berbuat baik bagi musuh kita yang membutuhkan (ay. 20). Kasih Kristus juga diwujudnyatakan dengan berbuat baik bagi mereka yang membutuhkan, yaitu memberi makan kepada musuh kita yang lapar dan memberi minum kepada mereka yang haus. Yang lebih unik lagi, di ayat ini, Paulus menambahkan kata “seteru” yang menandakan bahwa kasih Kristus adalah kasih yang diwujudnyatakan juga kepada musuh kita. Ketika musuh kita lapar, haus, dll, apa yang kita lakukan? Membiarkannya? Atau menolongnya? Kasih dari Kristus seharusnya memampukan kita mengampuni musuh kita dan menolongnya ketika mereka kesusahan. Bagaimana dengan kita? Ada orang Kristen yang ketika dirinya disakiti dan difitnah oleh sesama/saudaranya yang Kristen atau orang lain (bahkan hamba Tuhan), dia tidak mau lagi ke gereja, tidak mau menyapa sesama/saudaranya itu, dan tragisnya, cuek habis dengan kondisi mereka. Mengapa bisa demikian? Karena mereka sebagai orang Kristen hanya mau orang lain memerhatikan dia dan bukan sebaliknya. Di ayat ini, Paulus mencerahkan dan menegur kita bahwa meskipun kita harus dihina, difitnah, dll, sudahkah kita menunjukkan kasih kita kepadanya bukan hanya mengampuninya saja, tetapi juga menolongnya ketika ada masalah? Paulus yang mengajar ini adalah Paulus yang sudah mempraktikkannya. Paulus mengasihi orang dan kaisar Romawi dengan memberitakan Injil kepada Kaisar Romawi, yaitu Raja Agripa (baca: Kis. 26) meskipun negara ini telah menjajah negaranya, Israel. Itulah yang diteladankan Paulus bagi kita bagaimana mengasihi jiwa bahkan musuh kita sendiri. Sudahkah kita melakukannya?




Kelima, mengalahkan kejahatan dengan kebaikan (ay. 21). Ayat ini menyambung penjelasan Paulus di ayat 17a dan 19. Tadi kita sudah diperintahkan untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, maka di ayat ini, Paulus menambahkan bahwa kita harus membalas dan mengalahkan kejahatan dengan kebaikan. Bukan hanya menyerahkan pembalasan itu kepada Tuhan, kita pun dituntut mengalahkan kejahatan dengan kebaikan. Berarti bukan hanya Allah yang bertindak, kita pun harus bertindak. Bedanya, Allah bertindak membalas mereka yang berbuat jahat kepada kita, sementara kita melakukan apa yang baik bagi mereka yang berbuat jahat pada kita. Dunia tidak bisa melakukan hal ini, karena mereka tidak mengerti dan mengalami penebusan Kristus yang telah mengalahkan kejahatan dengan kebaikan. Hanya Kekristenan yang sanggup mengerti dan menjalankannya. Bagaimana dengan kita pribadi? Memang sulit mengalahkan kejahatan dengan kebaikan, tetapi tidak ada yang mustahil jika Roh Kudus yang memimpin kita melakukannya. Sudah siapkah kita dipakai menjadi agen pelaksana kebaikan yang mengalahkan kejahatan?


Setelah kita merenungkan kelima ayat ini, sudah siapkah kita dipakai Roh Kudus menjadi agen pewarta kasih, kedamaian, dan kebaikan dari Allah di tengah dunia berdosa ini? Biarlah kita dipakai Tuhan sehingga nama-Nya sajalah dipermuliakan dari dahulu, sekarang, dan selama-lamanya. Amin.